Pages

Thursday, October 23, 2008

Cinta tanpa Bunga

Udah baca postinganku ttg Catatan perpisahan Dewi Dee Lestari..
ada salah satu comment ttg tulisan itu yang tdk setuju ma pemikiran Dee, n memberikan kisah mengenai 'cinta dalam wadah pernikahan' yang laen..

* hiks.. aq sempet mewek td bacanya..*

Suami saya adalah seorang insinyur, saya mencintai sifatnya yang alami dan saya menyukai perasaan hangat yang muncul di hati saya ketika saya bersandar di bahunya yang bidang.

Tiga tahun dalam masa perkenalan, dan dua tahun dalam masa pernikahan, saya harus akui, bahwa saya mulai merasa lelah, alasan-2 saya mencintainya dulu telah berubah menjadi sesuatu yang menjemukan.

Saya seorang wanita yang sentimentil dan benar-2 sensitif serta berperasaan halus. Saya merindukan saat-saat romantis seperti seorang anak yang menginginkan permen.

Tetapi semua itu tidak pernah saya dapatkan. Suami saya jauh berbeda dari yang saya harapkan. Rasa sensitif-nya kurang. Dan ketidakmampuannya dalam menciptakan suasana yang romantis dalam pernikahan kami telah mementahkan semua harapan saya akan cinta yang ideal.

Suatu hari, saya beranikan diri untuk mengatakan keputusan saya kepadanya, bahwa saya menginginkan perceraian. "Mengapa?", dia bertanya dengan terkejut. "Saya lelah, kamu tidak pernah bisa memberikan cinta yang saya inginkan" Dia terdiam dan termenung sepanjang malam di depan komputernya, tampak seolah-olah sedang mengerjakan sesuatu, padahal tidak.

Kekecewaan saya semakin bertambah, seorang pria yang bahkan tidak dapat mengekspresikan perasaannya, apalagi yang bisa saya harapkan darinya? Dan
akhirnya dia bertanya, "Apa yang dapat saya lakukan untuk merubah pikiranmu?".

Saya menatap matanya dalam-dalam dan menjawab dengan pelan, "Saya punya pertanyaan, jika kau dapat menemukan jawabannya di dalam hati saya, saya akan merubah pikiran saya:
Seandainya, saya menyukai setangkai bunga indah yang ada di tebing gunung dan kita berdua tahu jika kamu memanjat gunung itu, kamu akan mati. Apakah kamu akan melakukannya untuk saya?"

Dia termenung dan akhirnya berkata, "Saya akan memberikan jawabannya besok."

Hati saya langsung gundah mendengar responnya

Keesokan paginya, dia tidak ada dirumah, dan saya menemukan selembar kertas dengan oret-2an tangannya dibawah sebuah gelas yang berisi susu hangat yang bertuliskan....

"Sayang, saya tidak akan mengambil bunga itu untukmu, tetapi ijinkan saya untuk menjelaskan alasannya."

Kalimat pertama ini menghancurkan hati saya. Sayamelanjutkan untuk membacanya.

"Kamu bisa mengetik di komputer dan selalu mengacaukan program di PC-nya dan akhirnya menangis di depan monitor, saya harus memberikan jari-2 saya supaya bias membantumu dan memperbaiki programnya."

"Kamu selalu lupa membawa kunci rumah ketika kamu keluar rumah, dan saya harus memberikan kaki saya supaya bisa mendobrak pintu, dan membukakan pintu untukmu ketika pulang.".

"Kamu suka jalan-2 ke luar kota tetapi selalu nyasar di tempat-tempat baru yang kamu kunjungi, saya harus menunggu di rumah agar bisa memberikan mata saya untuk mengarahkanmu."

"Kamu selalu pegal-2 pada waktu 'teman baikmu' dating setiap bulannya, dan saya harus memberikan tangan saya untuk memijat kakimu yang pegal."

"Kamu senang diam di rumah, dan saya selalu kuatir kamu akan menjadi 'aneh'. Dan harus membelikan sesuatu yang dapat menghiburmu di rumah atau meminjamkan lidahku untuk menceritakan hal-hal lucu yang aku alami."

"Kamu selalu menatap komputermu, membaca buku dan itu tidak baik untuk kesehatan matamu, saya harus menjaga mata saya agar ketika kita tua nanti, saya masih dapat menolong mengguntingkan kukumu dan mencabuti ubanmu."

"Tanganku akan memegang tanganmu, membimbingmu menelusuri pantai, menikmati matahari pagi dan pasir yang indah. Menceritakan warna-2 bunga yang bersinar dan indah seperti cantiknya wajahmu".

"Tetapi sayangku, saya tidak akan mengambil bunga itu untuk mati. Karena, saya tidak sanggup melihat air matamu mengalir menangisi kematianku."
"Sayangku, saya tahu, ada banyak orang yang bisa mencintaimu lebih dari saya mencintaimu."

"Untuk itu sayang, jika semua yang telah diberikan tanganku, kakiku, mataku, tidak cukup bagimu, aku tidak bisa menahan dirimu mencari tangan, kaki, dan mata lain yang dapat membahagiakanmu."

Air mata saya jatuh ke atas tulisannya dan membuat tintanya menjadi kabur, tetapi saya tetap berusaha untuk membacanya.

"Dan sekarang, sayangku, kamu telah selasai membaca jawaban saya.

Jika kamu puas dengan semua jawaban ini, dan tetap menginginkanku untuk tinggal di rumah ini, tolong bukakan pintu rumah kita, saya sekarang sedang berdiri disana menunggu jawabanmu."

"Jika kamu tidak puas, sayangku, biarkan aku masuk untuk membereskan barang-barangku, dan aku tidak akan mempersulit hidupmu.

Percayalah, bahagiaku bila kau bahagia.".

Saya segera berlari membuka pintu dan melihatnya berdiri di depan pintu dengan wajah penasaran sambil tangannya memegang susu dan roti kesukaanku.

Oh, kini saya tahu, tidak ada orang yang pernah mencintai saya lebih dari dia mencintaiku. Itulah cinta, di saat kita merasa cinta itu telah berangsur-angsur hilang dari hati kita karena kita merasa dia tidak dapat memberikan cinta dalam wujud yang kita inginkan, maka cinta itu sesungguhnya telah hadir dalam wujud lain yang tidak pernah kita bayangkan sebelumnya.

Seringkali yang kita butuhkan adalah memahami wujud cinta dari pasangan kita, dan bukan mengharapkan wujud tertentu.

Karena cinta tidak selalu harus berwujud "bunga".

aq sempet mikir, betapa egoisnya aq dgn sering tdk mensyukuri cinta yg diberikan cowokku padaku, yang (dengan tidak sengaja) kadang menginginkan lebih dari yang telah dia berikan, padahal dia telah menorehkan banyak warna pada kanvas yang selalu aq pasang disana... diantara tebing hati dan lembah harapan...
hhmm... I Love U....

6 comments:

  1. *Memang bener klo cinta itu ga' seindah bunga...

    jujur aja, waktu aku bca ini aku juga nangis, tapi aku tahan soalnya pas pelajaran fisika
    [mana gurunya Pak Kus...Beliau teralu baik untuk dijahatin...hehehe]

    membaca komentar atau postingan ini, buat aku tersentak dan ngerasa klo aku juga kayak gitu....

    punya sifat2 seperti itu...

    wlopun aku dan Dia hanya pacaran, tapi aku sering merasa menuntut seperti itu...

    Bahkan kejadian itu baru terjadi dlm minggu ini...

    Hari ini,
    kami sudah berjalan selama 4 bulan,

    membaca postingan ini membuatku sadar klo selama ini ada orang yg selalu mencintaiku dan sabar menghadapi sikapku yang bawel...

    Makasih banyak iah...

    maaf sedikit curhat...

    heehhee

    =]

    ReplyDelete
  2. buk, terharu waktu baca postingan yang ini.. T_T

    untung q bacanya pas peLajaran fisika, jadi ditahan rasa nangisnya.. tapi pas istirahat baca lagi jadinya nangis dech...

    huhuhuhu

    emang kita sering g nyadar ma orang2 yang memberikan kasih sayang kepada kita...

    semoga masih ada cowok di dunia ini yang kaya si suami itu.. :)

    ReplyDelete
  3. gak usah segitunya kali say...

    ReplyDelete
  4. sori .. kepencet publishnya..
    ini lengkapnya...

    gak usah segitunya kali say...
    aku gak2 gitu amat kok..
    malah jika aku jd "suami", pasti aku akan usahain ambil bunga itu, tp mgkn nyuruh orang laen! He.. Klo emang dah g da jalan, bru aq nyerah deh, qta cerai aja. Hihi..

    Aq jg ngrasa kok 'kadang' ada "udang di balik batu" di setiap persetujuan atas permintaanmu. Sering malah. Jd, aq g seperti "suami" itu yg sepertix lebih bnyk memberi drpd menerima.
    keliatanx indah, tp kykx aq g mau jd seperti itu.

    'Just want to be me" yg Slalu memberi cinta dll yg u butuh, walau tidak bisa memberi lebih namun aq selalu akan minta lebih dari kamu. Hihi.. Walau mgkn g da secuilpun yg u beri. Hiks...

    I LOVE U TOO

    ReplyDelete
  5. @Anastasia :
    cup..cup..cup...
    di dengerin kok curhatnya...

    @Dechy :
    bisa buat bahan perenungan nduk..

    @Arya :
    aq kok gak 'ngeh' ya ma komenmu..
    aslinya yg pengen km sampein tu apa seh??
    g jelas bgt....

    ReplyDelete
  6. I LOVE U TOO

    'pendek' n jelas kan?

    ReplyDelete